Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat
dari segi kehalusannya, keindahannya, fungsinya, bentuknya, makna dari
bentuknya, dan sebagainya).
Karya Seni adalah ekspresi
seniman dalam menanggapi realitas dengan penggarapan ekspresi bermuatan nilai‐nilai
keindahan.
Review adalah ringkasan yang berdasarkan pada analisis dan
fakta. Saya akan mengulas 3 jurnal berdasarkan beberapa teori di bawah ini:
Jurnal Pertama
Judul :
Sengkalan Mewet Dwinaga Rasa Tunggal Dalam Kaman Semiotik
Oleh : Aryo Sunaryo
Objek :
Sengkalan Memet Dwi Naga
Rasa Tunggal, yang berupa karya rupa berbentuk dua ekor naga yang saling
berlilitan ekornya. Karya seni rupa yang menghiasi sebuah gerbang menuju pusat
Keraton Yogyakarta pada tahun 1756 M (1682 J).
Pendekatan
Menggunakan Pendekatan Sejarah
yang menekankan pada wilayah diakronis, berurutan sesuai waktu.
Teori
Pada jurnal ini dikaji dalam Teori Semiotika. Sengkalan Memet Dwi Naga Rasa Tunggal merupakan
salah satu bentuk sistem simbolik pada masyarakat Jawa yang biasanya digunakan
untuk menghiasi dan menandai (penanda atau signifier) titimangsa bangunan-bangunan
penting yang didirikan, seperti candi, masjid, atau keraton.
Makna simbolisnya terkait dengan
gagasan akan kesatuan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan
kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan
akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah
kerajaan yang dibangun (petanda atau signified).
Metode dan Analisis :
Penulisan karya ilmiah ini
menggunakan Pendekatan Kualitatif dengan menggunakan Metode Penelitian
Historis. Penelitian Historis merupakan
penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau
dan disusun secara sistematis.
Kesimpulan
Karya ilmiah ini menjelaskan tentang
sejarah dan makna dari karya seni Sengkalan Memet Dwi Rasa Tunggal yang dikaji
dalam Teori Semiotik. Dijelaskan bahwa Sengkalan Memet merupakan karya seni
rupa simbolik yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai (penanda atau
signifier) bangunan-bangunan penting seperti candi, masjid atau keraton.
Sengkalan Memet juga memiliki makna simbolis yaitu kegotong-royongan,
kewibawaan, kesaktian, kesucian seorang raja atau pemimpin. Juga diartikan
sebagai tolak bala. Diyakini masyarakat sebagai pembawa keselamatan,
perdamaian, dan kemakmuran. (penanda atau signified)
Hal yang Dapat Saya Pelajari
Hal yang dapat saya pelajari dari
penulisan jurnal tersebut adalah sejarah dan makna simbolis dari Sengkalan
Memet Dwi Naga Rasa Tunggal yang digunakan untuk menandai berdirinya keraton Yogyakarta. Selain
mengandung nilai keindahan sebagai hiasan gerbang dalam kompleks keraton, juga
memiliki makna simbolisnya. Nilai keindahan terpancar dari cara
penggambarannya, warnanya dan kesatuan susunannya; sementara makna simbolisnya
terkait dengan gagasan persatuan kegotongroyongan, kewibawaan, kesaktian, dan
kesucian seorang pemimpin atau raja, sebagai tolak bala dan keyakinan akan
keselamatan, ketenteraman, serta harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan.
Sumber
https://www.academia.edu/download/31604105/Aryo_Sunaryo(Sengkalan_Memet_Dwinaga_Rasa_Tunggal_dalam_Kajian_Semiotik).pdf
Jurnal Kedua
Judul : Seni, Ilmu Pengetahuan dan Seniman Muda
Kajian karya Seni Lukis Radhinal Indra 2018
Oleh : Citra Smara Dewi
(Department of History, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia, Depok)
Objek : Objek tulisan ini adalah Mooi Martian
(Mars jelita), sebuah karya seni
yang dilukis oleh Radhinal Indra.
Pendekatan
Mengingat
bidang kajian yang diteliti terkait erat dengan fenomena sosial maka penelitian
ini penelitian kualitatif, dengan melihat
konteks permasalahan secara
utuh dengan memfokuskan penelitian kepada
suatu proses bukan menekankan
pada hasil.
Teori
Pendekatan teori
yang digunakan adalah Estetika,
Sains dan Teknologi. Estetika adalah
ilmu pengetahuan yang merefleksikan tentang keindahan alam,
seni dan problem kritisisme seni. Merujuk kata ‘estetik’ diartikan sebagai
indah, dan ‘estetika’ dimengerti sebagai ilmu yang membahas keindahan dan seni
(Dickie (1997).
Metode dan
Analisis
Tulisan ini menggunakan
pendekatan Kualitatif dan Metode Sejarah yang
terdiri atas tahapan Heuristik, yaitu suatu
tahapan yang berkaitan dengan pencarian
data dan penemuan
menemukan data-data mentah.
Tahap berikutnya verifikasi, yaitu melakukan seleksi terhadap karya seni
lukis Radhinal Indra, berdasarkan tema karya, peristiwa, tokoh dan peran.
Kemudian interpretasi atau eksplanasi, proses menafsirkan atau pemberian
makna serta merangkaikan
unsur-unsur yang telah
diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya, dengan tujuan untuk
memperoleh kumpulan fakta yang memiliki arti (fact of meaning). Kemudian historiografi, penulisan sejarah
yang bertolak dari
fakta-fakta yang telah
teruji dan tersusun sebelumnya.
Kesimpulan
Tulisan ini mengkaji
karya seni lukis
dari perupa di
era milenial yaitu
Radhinal Indra yang terinspirasi dari kemajuan teknologi
yaitu fenomena kehidupan di Planet Mars. Melalui karya seni lukis yang disebut Mooi Martian
(Mars jelita), Radhinal
mencoba menghubungkan eksplorasi
manusia menuju planet Mars, sebagai bagian dari misi NASA.
Hal yang Dapat Saya Pelajari
Perkembangan seni
rupa tak dapat
dipisahkan dari dinamika
dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, sehingga karya-karya seni
lukis yang diciptakan merepresentasikan perkembangan
tersebut. Melalui ide gagsan dan nilai-nilai krativitas seniman Seniman Muda, dihasilkan karya seni yang
inovatif, kreatif dan ekspresif, sehingga dapat dikatakan seniman muda sebagai
agen perubahan dalam perkembangan
seni rupa Indonesia.Sinergi antara
Teknologi dan seni merupakan penanda pada jamannya.
Sumber : https://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/sandyakala/article/view/54/48
Jurnal Ketiga
Judul :
MASYARAKAT
DAN SENI LUKIS (SUATU KAJIAN SOSIOLOGI SENI MAKNA ESTETIS SENI LUKIS DALAM
INTERAKSI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KOTA MAKASSAR)
Oleh : Moh. Thamrin
Mappalahere, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar
Objek : Objek penelitian adalah Masyarakat Kota
Makassar yang dibagi tiga kelompok: kelompok masyarakat kelas atas, Kelompok
masyarakat kelas tengah dan kelompok masyarakat kelas bawah.
Pendekatan :
Penelitian
ini menggunakan Pendekatan Deskriptif Kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui makna estetis seni lukis dalam interaksi sosial budaya masyarakat
Kota Makassar melalui seni lukis.
Teori :
Penelitian ini menggunakan Pendekatan Metode Kualitatif dengan
menerapkan Teori Normatif. Teori Normatif adalah sebuah teori yang
mencari standar untuk menilai bagaimana kita seharusnya berperilaku.
Metode dan Analisis :
Metode penelitian Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisa data yang dilakukan adalah Analisis Kualitatif Non Statistik
dengan cara menggambarkan hasil penelitian lalu mendeskripsikan sesuai fakta
atau keadaan apa adanya.
Kesimpulan
1. Kelompok masyarakat bawah Kota
Makassar dalam Interaksi sosial budaya masyarakat Sulawesi Selatan belum
memandang seni lukis sebuah ekspresi, tepatnya sebagai objektifikasi manusia
pada ruang dan waktu dimana ia berada. Walaupun Segala bentuk hasil cipta
manusia adalah fakta budaya yang seharusnya dapat dipahami oleh masyarakat
luas.
2. Kelompok masyarakat tengah Kota
Makassar dalam interaksi sosial budaya terpengaruh dengan perkembangan relatif
tidak menentu atau masih rendah belum berfikir sebagai pemenuhan kebutuhan
sebagai fakta budaya. Faktor yang menghambat adalah bukan untuk dipahami tetapi
hanya sebatas pemenuhan kepuasan.
3. Kelompok Masyarakat Atas Kota
Makassar Sulawesi Selatan memandang Seni lukis sebagai pemenuhan kepuasan
tersendiri yang hanya mengedepankan kepentingan subjektifitas terhadap
kebutuhan estetik yang berjalan sesuai dengan konteks (zaman). Seni lukis masih
dipandang sebagai kebutuhan rohani artinya bisa ditunda bukan sebagai kebutuhan
walaupun dirumahnya terdapat beberapa karya seni lainnya termasuk lukisan dalam
rumahnya.
Hal yang Dapat Saya Pelajari
Hal yang dapat saya pelajari setelah
mereview jurnal ini adalah tingkat strata sosial masyarakat dapat mempengaruhi
ketertarikan masyarakat terhadap karya seni. Hal ini ditunjukkan dengan data
observasi pada jurnal di atas bahwa masyarakat menengah-keatas di Kota
Makassar lebih memiliki ketertarikan pada karya seni dibandingkan masyarakat
kelas bawah yang hanya memanfaatkan seni sebagai hiasan semata. Sehingga
perkembangan karya seni sulit mempengaruhi setiap golongan masyarakat di Kota
Makassar.
Sumber
http://eprints.unm.ac.id/11311/1/Moh.%20Thamrin%20Mappalahere_Masyarakat%20dan%20seni.pdf